Bab 49 Bisa–bisanya Dia Menginginkan Pria Lain 

Kayla tertegun. Dia menatap Davin yang berada di depannya, lalu melirik ruangan di belakang Davin sambil bertanya dengan heran, “Kok kamu ada di sini?” 

Davin tersenyum sambil menjelaskan dengan santal, “Kemarin aku dan Carlos minum terlalu banyak, jadi memutuskan untuk menginap di rumah Bibi.” 

“Oh.” Kayla tidak tahu harus mengatakan apa pada Davin. Mungkin karena merasa bersalah atau mungkin karena sudah tiga tahun tidak bertemu. 

Dia menggerakkan sudut bibimya, lalu berbalik pergi. 

“Kayla….” Davin malah memanggilnya dan menyerahkan selembar cek. “Sementara aku nggak membutuhkan uang ini, nggak usah buru–buru mengembalikannya.” 

Kayla menunduk dan kebetulan melihat nominal di cek itu. Tidak lebih, tidak kurang, nominal itu genap 600 miliar, Davin bahkan sudah menandatangani cek itu. Kalau dia menerima cek itu, hari ini dia bisa langsung pergi ke bank untuk mentransfer utangnya kepada Theo. 

Sebenarnya, dia sedikit terharu. 

Siapa pun akan tergiur melihat cek sebesar itu, apalagi dia sedang membutuhkan uang. 

Melihat Kayla hanya menatap cek itu, Davin mengira dia segan dan lanjut bertanya, “Kemarin… aku nggak menimbulkan masalah padamu, ‘kan? Maaf, aku nggak tahu Theo juga berada di dalam mobil.” 

Davin tidak bermaksud lain, dia hanya merasa Kayla pasti punya alasan tertentu hingga menyembunyikan soal meminjam uang dari Theo. 

Kayla tertegun sejenak sebelum menyadari bahwa Davin sedang membicarakan soal insiden di tempat 

parkir Vetro. 

Memikirkan kejadian itu… wajahnya sontak memerah. Dia tiba–tiba merasa cek di depannya adalah kentang panas yang tidak boleh dipegang. 

Dia belum melupakan peringatan Theo. Kalau dia berani menerima uang Davin. Theo akan mematahkan 

jarinya! 

Dia tidak tahu apakah Theo akan melakukan hal kejam seperti mematahkan jarinya, tetapi dia tahu bahwa Theo tidak akan bercerai dengannya kalau tahu uang itu berasal dari Davin. Selain itu, Theo akan makin mempersulitnya…. 

Kayla tersadar. Dia menggelengkan kepalanya sambil mendorong cek itu. “Masalah uang sudah teratasi. Terima kasih atas niat baikmu.” 

Karena dia menolak, Davin pun tidak memaksa. “Oke.” 

+15 BONUS 

Semalam pesta berlangsung hingga larut malam sehingga sekarang Evi masih beristirahat. Kayla yang sedang duduk di meja makan melirik Jam. 

Warni menyajikan semangkuk bubur dan sepiring roti sambil berkata, “Bukannya hari ini minggu? Kenapa Nyonya Kayla bangun pagi sekali? Apakah Nyonya akan kembali tidur setelah sarapan? Sebelum pergi Tuan Muda juga memperingatkanku untuk nggak membangunkan Nyonya. Katanyal Nyonya sudah kelelahan tadi malam.” 

“Ehem….” Kayla yang sedang memakan bubur tersedak. Omong kosong apaan ini, Theo pasti sengaja

“Nggak apa–apa, Bibi Warni. Nanti aku ada urusan lain, jadi aku akan pergi setelah sarapan. Kalau Ibu sudah bangun, tolong sampaikan padanya.” 

“Oke.” Wami menepuk punggungnya dengan perhatian sambil menenangkannya. “Pelan–pelan saja makannya, untuk apa terburu–buru seperti ini?” 

Kayla terdiam, tetapi pada akhirnya dia pun mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, dia buru–buru menghabiskan bubur di meja, mengambil tasnya dan pergi….

Setelah pesta ulang tahun berlalu, dia mulai bekerja lembur seharian untuk menghasilkan uang. Dia bahkan menelepon Morgan beberapa kali untuk menanyakan soal tingkat kemenangan di pengadilan. 

Dia harus melakukan persiapan dari dua sisi. Dia harus memikirkan cara untuk menghadapi Theo kalau Theo menolak untuk bercerai setelah mendapatkan uang. Entah kapan Theo dan Raline akan berbaikan. 

Memikirkan hal ini membuatnya kesal…. Bukankah media menobatkan Raline sebagai penari tercantik? 

Kabarnya, tidak ada pria yang bisa mengalihkan pandangan darinya. Dia sudah kembali untuk cukup lama, kenapa masih belum mengukuhkan hati Theo? 

Kayla bahkan curiga kalau rumor ini tidak benar! 

Selain Kayla, Theo juga sibuk. Kerja sama dengan Perusahaan Kaddo akan segera dilangsungkan dan dia perlu mempersiapkan banyak hal. 

Malam ini, setelah dia menangani semua dokumen yang diperlukan, dia menerima telepon dari Carlos. 

“Lagi di mana?” 

“Kantor, lagi lembur.” Theo mendengar alunan musik rok dari sambungan telepon. “Apa Perusahaan Gutama akan segera bangkrut? Makanya setiap hari kamu sesantai itu?” 

Carlos menjawab dengan nada sinis, “Kamu bekerja sekeras itu untuk menghasilkan uang yang nggak ada habisnya seumur hidup. Apa kamu akan menguburnya bersamamu? Atau mau beli peti mati berlian? 

Theo terdiam. 

“Aku pernah baca sebuah berita. Sang suami adalah bos sebuah perusahaan besar yang bekerja keras 

+15 BONUS 

menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya. Alhasil, dia meninggal di usia muda dan meninggalkan sejumlah besar warlsan. Setengah tahun kemudian, sang istri menikah dengan asistennya dan mewarisi perusahaan bernilai puluhan miliar yang dia bangun dengan susah payah….” 

Pembuluh darah di dahi Theo berkedut. Mungkin karena akhir–akhir ini dia terlalu sering bergadang, dia 

tiba–tiba merasa pusing. 

Dia mengusap alisnya sambil menyela Carlos. “Dlam kamu.” 

Saat ini, kebetulan Axel mengetuk pintu. “Pak Theo, Ini dokumen yang Anda minta…. 

Sebelum dia selesai berbicara, sekujur bulu di tubuhnya sudah berdiri dan hawa dingin melandanya. 

Ketika dia mengangkat kepala, dia bertatapan dengan mata Theo yang diselimuti dengan lapisan es. 

Axel terdiam. 

Theo mengalihkan pandangannya dari Axel, lalu menyalakan sebatang rokok dan bersandar di 

kantornya dengan kelelahan. Dia berkata pada Carlos dengan kesal “Ada urusan apa? Kalau nggak ada, aku tutup dulu.” 

Carlos dapat merasakan amarah Theo. Dia tiba–tiba teringat akan sesuatu dan bertanya, “Apa akhir- 

akhir ini kamu kekurangan uang? Emosian sekali.” 

Suasana hati Theo kurang baik, dia malas berbasa basi dengan Carlos. 

Karena Theo tidak menjawab, Carlos pun mengangkat alisnya sambil bertanya, “Apa benar–benar terjadi 

sesuatu?” 

“Nggak.” 

“Lalu, kenapa istrimu pergi meminjam uang kepada Davin? Kukira kamu membutuhkan uang tunai.” 

Ketika Kayla dan Davin mengobrol di koridor, Carlos kebetulan mendengar pembicaraan mereka. Awalnya dia mengira itu hanyalah masalah sepele dan telah melupakan masalah itu, tetapi setelah mendengar reaksi Theo dan mengingat Theo terus bekerja lembur akhir–akhir ini… dia tiba–tiba 

membahas hal ini. 

Theo berhenti merokok, lalu menyipitkan matanya sambil bertanya, “Pinjam uang? Berapa?” 

Carlos yang berada di ujung lain telepon pun berkata dengan tidak berdaya, “Mana aku tahu, aku bukan 

istrimu.” 

Theo menyipitkan matanya dan kini wajahnya yang tampan ditutupi dengan suatu bayangan hingga ekspresinya tampak sangat suram. 

Sepertinya Kayla sama sekali tidak menganggap serius perkataannya, beraninya meminjam uang dari Davin! 

Sᴇarch the FindNovel.net website on Gøøglᴇ to access chapters of novels early and in the highest quality.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report
Hᴇlp us to clɪck the Aɖs and we will havε the funds to publish more chapters.